Jul 15, 2009

Keluwing Pil

KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Myriapoda
Kelas : Diplopoda / Chilognatha
Subkelas : Pentazonia
Super ordo : Oniscomorpha
Ordo : Glomerida
Famili : Armadillidiidae
Genus : Arthrosphaera
Spesies : Arthrosphaera magna

DESKRIPSI SPESIES

Keluwing pil adalah salah satu jenis keluwing di dunia. Jika dibandingkan dengan keluwing jenis lain, hewan ini memiliki ukuran yang lebih kecil atau pendek, dengan hanya memiliki 11-13 segmen tubuh (Racheboeuf, 2004), dan mampu menggulung menjadi bentuk sebuah bola jika diganggu. Keluwing pil adalah herbivora, mencari makanan di materi pembusukan tanaman (Anonim, 2007).

Keluwing yang termasuk dalam genus Arthrosphaera adalah penghuni daerah tropis yang sangat melimpah pada horizon tanah atas di hutan di kawasan lembab. Mereka endemik dan bisanya berperan dalam pembentukan berbagai tipe humus. Mereka terbatas dalam daerah persebaran yang luas di wilyah Indo-Australia, Afrika Selatan dan Madagaskar. Semenanjung India dihuni oleh sekitar 27 spesies Arthrosphaera. Mereka diketahui berasal dari wilayah yang cukup curah hujan, hutan tertentu di Ghats Barat dan Ghats Timur. Genus Arthrosphaera memiliki ukuran tubuh yang besar (panjang 3-6 cm, lebar 1,5-3 cm) dan jika diganggu akan menggulung menjadi pil raksasa, karena itulah disebut dengan Keluwing Pil (Ashwini dan Sridhar, 2006).

PERANAN BAGI TANAH

Keluwing pil adalah hewan saprofagus yang banyak terlibat dalam dekomposisi di kawasan tropis, subtropis, dan sedang di dunia. Salah satu populasi keluwing pil, Arthrosphaera magna, dalam pertanian model organik, dapat membuat kompos dari sisa-sisa atau sampah tanaman hasil pertanian. Invertebrata saprofag ini dikenal mampu merubah kondisi lingkungan mikro yang kotor dengan sampah melalui aerasi dan pencampuran yang maksimal dengan mineral tanah. Diketahui bahwa konsentrasi nitrogen dan fosfor meningkat akibat digesti dan bentukan pelet fecal keluwimg pil. Sampah yang terfragmentasi dalam faeses mudah dimanfaatkan miroorganisme yang melepaskan nitrogen pada dekomposisi yang lebih jauh. Ditemukan juga bahwa abu dan fosfor terdapat banyak dalam pelet faeses keluwing pil tersebut. Mc Brayer membandingkan sampah daun yang tidak tercerna dengan pelet faeses keluwing dan ditemukan ukuran partikel yang 600 kali lebih kecil; kenaikan pH, kelembaban, dan jumlah bakteri; penurunan jumlah fungi dan karbon dalam pelet faeses. Bocock menemukan adanya rasio C/N dalam faeses keluwing ini daripada sampah yang tidak tercerna (Ashwini dan Sridhar, 2006).

Konsumsi sampah oleh fauna saprofag mampu menambah nutrien tanah dan mencegah pelindian elemen-elemen tanah akibat hujan. Keluwing pil adalah Diplopoda yang penting dalam menghimpun kalsium dan mengakumulasi Ca dan Mg sampai 5 kali lipat lebih tinggi daripada sampah daun mentah (tanpa proses). Mereka juga dikenal memiliki 327,33 mg Ca/g daripada arthropoda yang lain (1,89 mg/g). Dalam tanah yang berkapur, faeses keluwing pil tetap stabil tanpa perubahan morfologis dalam waktu yang lama. Stabilitas seperti ini berhubungan dengan tingginya ion-ion Ca karena mampu mencegah erosi Ca (Ashwini dan Sridhar, 2006).

Keluwing pil memanfaatkan bakteri selulotik dan fungi dalam perut mereka. Simbiosis seperti ini membantu dalam degradasi serasah, seperti pada rayap. Enzim fungal yang dibutuhkan selama proses makan kemungkinan membantu digesti selulosa, hemiselulosa dan pektin dalam perut arthropoda pemakan kayu dan serasah (Ashwini dan Sridhar, 2006).

Kompos yang dihasilkan keluwing dapat terbentuk pada lahan dalam 3 bulan (selama musim munson dan paska munson di India barat daya) (Ashwini dan Sridhar, 2006).

Makanan keluwing pil terutama terdiri atas serasah yang terdegradasi scecara parsial selama dengan tanah, kemungkinan adanya mikroflora dalam perut yang membantu proses digesti tersebut. Fases yang dikeluarkan adalah pelet silindris yang padat yang terdiri atas tanah dan materi organik yang terdigesti / semidigesti. Karena bentuk dan ukuran tubuh yang unik ini, keluwing pil mampu menggali tanah, mencampur dengan potongan-potongan serasah, menariknya ke dalam tanah/ke dalam liang atau membawa materi organik dari dalam tanah ke lapisan tanah paling atas, untuk dirubah menjadi tipe humus yang bagus. Laspisan serasah yang tebal dengan kelembaban cukup biasanya terdapat keluwing pil, sedangkan tanah yang berumput dan datar sangat sedikit terdapat hewan ini karena rendahnya kelembaban, materi organik, kanopi, dan naungan (Ashwini dan Sridhar, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. “Pill Millipede”. http://en.wikipedia.org/wiki/pill_millipede [22 November 2008]
Ashwini, K.M dan Sridhar, K.R. 2002.”Towards organic farming with millipede Arthrosphaera magna”. Current Science, Vol. 82, No. 1, p.20-22
Ashwini, K.M dan Sridhar, K.R. 2006.”Breakdown of Plantation Residues by Pill Millipedes (Arthrosphaera magna) and Assessment of Compost Quality”. Current Science, Vol. 90, No. 7, p.954-959
Racheboeuf, P. R., Hannibal, J. T, danVannier, J. 2004. “A new species of the diplopod Anymilyspes (Oniscomorpha) from the Stephania lagerstätte of Montceau-les-Mines, France”. Journal of Paleontology vol.78 (1) p. 221–229

No comments: