Jul 15, 2009

MIGRASI BURUNG

DEFINISI

Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan (Alikondra, 1990).

FAKTOR PENDORONG

Aktivitas kelenjar endokrin

Diperkirakan burung mulai bermigrasi pada waktu yang sama setiap tahun. Keberangkatan burung untuk bermigrasi tampaknya ditentukan oleh pengaruh interaksi kompleks dari berbagai rangsangan luar (termasuk cuaca) dan penanggalan biologis yang memungkinkan burung mengetahui perubahan musim (Peterson, 1986). Di antara penanggalan biologis tersebut terdapat kelenjar endokrin, alat yang dapat merangsang burung jantan untuk bernyanyi dan burung betina untuk bertelur. Burung mengalami perubahan biologis berhubungan dengan reproduksi di saat sebelum dan sesudah musim bersarang, sehingga kelenjar endokrin menjadi sangat aktif. Dalam periode inilah kebanyakan burung bermigrasi (Peterson, 1986). Dengan demikian kegiatan periodik kelenjar endokrin tampaknya merupakan salah satu penyebab burung memulai perjalanan panjangnya.

2.Pertambahan Populasi, dengan dampak :

a. Kompetisi dalam mendapatkan makanan dan air

Penyebab migrasi yang lain erat kaitannya dengan penambahan populasi baru. Ledakan populasi akibat menetasnya anak burung menyebabkan tuntutan makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba, tetapi hal ini bersifat sementara. Keadaan ini menyebabkan burung terbang ke daerah musim semi untuk memenuhi kebutuhan makanan berlimpah yang juga bersifat sementara (Peterson, 1986). Penanggalan biologis yang diatur oleh rangsangan dari luar dapat menyiapkan burung untuk bermigrasi, tetapi saat yang paling tepat untuk memulai migrasi ditentukan oleh cuaca.

b. Kompetisi dalam mendapatkan ruang tinggal

Pertambahan populasi juga menyebabkan dampak yang bersifat permanen, seperti perebutan ruang tinggal atau daerah kekuasaan. Hal ini juga akan semakin potensial terjadi jika pada daerah itu terdapat banyak spesies yang saling berkompetisi.

3. Perubahan cuaca atau iklim

Menurunnya kualitas dan kualitas sumber hidup (makanan, air, ruang) juga dapat disebabkan oleh pengaruh perubahan cuaca yang sangat signifikan, misalnya musim panas yang menyebabkan keringnya sumber air, berkurangnya tumbuhan penyedia nutrisi, dan rusaknya habitat akibat kebakaran hutan dll. Namun kadang musim panas justru dimanfaatkan untuk msa perkembangbiakan. Sehingga memicu burung untuk bermigrasi dan pengaruhnya tergantung pada jenis masing-masing burung. Faktor cuaca ini terutama berlaku di daerah iklim subtropis, sedang, dan kutub.

ORGAN YANG TERLIBAT

1. Sayap

2. Kelenjar endokrin

3. Organ pendengaran

4. Sistem reseptor magnetik

PROSES

Banyak factor yang dapat memungkinkan keberangkatan, tetapi migrasi jarak jauh biasanya menunggu kondisi terbang yang baik. Burung memerlukan angin yang sesuai agar dapat membantu pergerakan selama perjalanan. Banyak burung-burung migran berjuang dalam keadaan yang paling tidak aman untuk mencapai tujuannya (Peterson, 1986). Selama penerbangan jauh yang berbahaya dari tempat asal ke tempat tujuan, burung menggunakan berbagai macam kemampuan untuk menentukan arahnya. Burung dapat menentukan arah terbangnya dengan tepat dalam berbagai keadaan, seperti siang hari, malam hari, cuaca mendung, maupun cuaca berkabut. Pedoman utama yang dijadikan patokan arah oleh burung selama terbang bermigrasi adalah kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari. Selain itu pedoman lain yang dipakai adalah penglihatan visual, tanda magnet bumi, indera penciuman dan rasa, kemampuan untuk mendeteksi variasi gravitasi, dan gaya Coriolis (Mead, 1983).

Peristiwa migrasi burung air terjadi dalam siklus yang hampir rutin. Jika kita mengamati siklus migrasi di jalur migrasi Asia Timur, maka burung air migran ini berbiak di Asia Utara saat belahan bumi utara mengalami musim panas, dan mengalami perjalanan jauh ke belahan bumi selatan pada saat mulai mendekati musim dingin di belahan bumi utara. Mereka terbang melintasi banyak negara di Asia Timur pada bulan Agustus – November dan tinggal untuk sementara di belahan bumi selatan yang lebih hangat iklimnya. Mereka tinggal kurang lebih delapan bulan sebelum kembali ke utara yang sudah mulai hangat kembali di bulan Maret-Mei untuk berbiak (Rudyanto, 1996).

Burung migran tidak memulai perjalanan migrasinya dari tempat yang sama. Ketika saat bermigrasi tiba, masing-masing burung berada di tempat yang berbeda. Pada sebagian besar spesies, pertama-tama mereka berkumpul di tempat tertentu untuk kemudian bermigrasi bersama.

Burung menggunakan banyak energi saat terbang. Oleh karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak sumber energi daripada hewan darat maupun hewan laut. Misalnya, untuk terbang sejauh 3.000 km antara Hawaii dan Alaska, burung kolibri (yang memiliki bobot beberapa gram) harus mengepakkan sayap sebanyak 2,5 juta kali. Meskipun begitu, mereka dapat tetap berada di udara selama 36 jam. Kecepatan rata-rata selama melakukan perjalanan ini kurang lebih 80 km/jam. Selama melakukan penerbangan seberat ini, jumlah asam dalam darah bertambah secara berlebihan, dan burung dapat pingsan akibat suhu tubuh yang meningkat. Beberapa burung menghindari bahaya ini dengan mendarat. Saat berada di atas lautan yang luas, burung mengembangkan sayap selebar-lebarnya, dan dengan beristirahat dalam keadaan tersebut, suhu tubuhnya turun.

Burung-burung dalam melakukan migrasi dapat mencapai jarak tempuh yang sangat jauh sehingga memerlukan energi yang cukup, dan biasanya disimpan dalam bentuk lemak. Semisal jenis Warbler yang mempunyai persediaan lemak sebanyak 12 gr, cukup untuk terbang selama 105-115 jam (Alikondra, 1993). Burung ini pada umumnya berhenti untuk beristirahat dan mencari makan di suatu tempat dalam beberapa saat guna mendapatkan cadangan makanan berupa lemak sebagai bekal untuk meneruskan perjalanan ke tempat tujuan.

Teknik Terbang

Teknik terbang yang biasa dilakukan sekelompok burung adalah formasi “V”. Pada teknik ini, burung yang besar dan kuat berada paling depan sebagai perisai melawan arus udara dan membuka jalan bagi burung lain yang lebih lemah. Telah dibuktikan bahwa dengan pengaturan seperti ini, secara umum kelompok tersebut dapat menghemat energi hingga 23%.

Beberapa burung migran terbang sangat tinggi. Misalnya, angsa dapat terbang pada ketinggian 8.000 m. Ini adalah hal yang luar biasa mengingat pada ketinggian 5.000 m kerapatan atmosfer berkurang sebanyak 63% dibandingkan pada permukaan laut. Terbang pada ketinggian dengan atmosfer sangat tipis, burung tersebut harus mengepakkan sayap lebih cepat dan karenanya harus mendapatkan oksigen yang lebih banyak pula. Meskipun demikian, paru-paru burung ini telah diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat secara maksimal memanfaatkan oksigen yang tersedia pada ketinggian tersebut. Paru-paru burung, yang berfungsi secara berbeda dengan paru-paru mamalia, membantu mereka mendapatkan energi yang lebih besar dari udara yang lebih sedikit.

Angin berhembus berputar searah jarum jam pada system tekanan tinggi dan berlawanan arah jarum jam pada system tekanan rendah. Migrasi cenderung menjadi paling berat di area dimana angin bertiup ke tujuan burung terbang dan paling ringan dimana angin bertiup pada arah sebaliknya tujuan migrasi.

Indra Pendengaran yang Sempurna

Selagi bermigrasi, burung harus memperhatikan gejala atmosferis. Misalnya, mereka mengubah arah untuk menghindari badai yang mendekat. Beberapa jenis burung dapat mendengar bunyi yang berfrekuensi sangat rendah, yang tersebar jauh dalam atmosfer. Oleh karena itu, burung migran dapat mendengar terbentuknya badai di gunung pada kejauhan atau halilintar di atas samudra yang berjarak ratusan kilometer di depan. Selain itu, telah diketahui pula bahwa burung dikenal berhati-hati dalam menentukan rute migrasinya; mereka akan menghindari daerah dengan kondisi atmosfer yang berbahaya.

Persepsi Arah

Medan magnet bumi berpengaruh terhadap beberapa spesies burung. Berbagai kajian menunjukkan bahwa tampaknya burung memiliki sistem reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka menentukan arah dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu burung menentukan arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama migrasi. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat merasakan perbedaan medan magnet bumi sebesar 2%.

Teknik navigasi

Navigasi didasarkan pada banyak indera Cara ini merupakan hasil kombinasi beberapa kemampuan termasuk kemampuan mendeteksi daerah medan magnet, menggunakan pengenalan visual dan juga isyarat pada olfactorius. Reaksi kimia di pigmen cahaya khusus sensitif terhadap panjang gelombang tinggi dipengaruhi oleh daerah tersebut. Dengan pengalaman mereka mempelajari berbagai petunjuk daerah dan pemetaan ini dilakukan oleh megnetitas pada sistem trigeminal. Bebrapa penelitian terbaru berhasil menemukan sebuah hubungan syaraf di anatara mata dan “kelompokan N”, bagian otak depan yang aktif selama penetapan arah migrasi, yang diyakini menyebabkan burung dapat melihat medan magnet di bumi.

Sun compass (kompas Matahari)

Beberapa jenis burung mampu menentukan arah dengan baik hanya jika dapat melihat matahari dengan jelas. Bahkan burung migrant malam menggunakan ini sabagai isyarat untuk berangkat pada senja hari.

Star compass (kompas bintang)

Burung migrant malam biasanya harus mengontrol terbangnya sendiri dalam keadaan kurang jelas, langit berbintang tapi akan menjadi tidak terlihat jika sedang berawan atau mendung. Maka mereka meggunakan pedoman hubungan beberapa rasi bintang dan bukan pada 1 bintang saja

Odor Map (Peta rangsang bau)

Biasanya dipakai oleh migrant jarak dekat untuk pulang ke sarang. Contoh : merpati

Magnetic Map (Peta medan magnet)

Burung migrasi dapat mengandalkan pada instingnya untuk pulang. Gangguan terhadap medan magnet dapat mengganggu kemampuan ini.

Magnetic Compass (kompas medan magnet)

Beberapa burung tampaknya memiliki “kompas” yang terpasang di organ tubuhnya untuk digunakan saat sedang berawan.

Pengaturan ketinggian

Burung berkicau terbang pada ketinggian kurang dari 5000 kaki, dan mayoritas terbang tidak lebih tinggi dari 2500 kaki. Burung pantai dan burung air cenderung terbang lebih tinggi, tidak aneh mendeteksi mereka terbang di atas 10.000 bahkan 20.000 kaki, terutama saat mereka sedang terbang jarak jauh, di atas air.

FAKTOR LUAR YANG BERPENGARUH

Angin

Pada ketinggian dimana burung terbang, kecepatan angin bisa mencapai 20 mil/jam. Angin pertama bisa saja mendorong burung untuk terbang maju atau malah sebaliknya menghempaskannya ke belakang, padahal angin kedua (susulan0 dapat dengan mudah menggandakan kecepatan tersebut. Angin kencang dapat mencegah burung kecil untuk bermigrasi. Persimpangan angion yang kuat dapat menyeret burung sangat jauh dan dapat menjadi bencana bagi burung darat yang terbang di atas samudra; angin seperti inilah yang sering menjadi alasan terhadap beberapa burung yang kadang ditemukan jauh diluar jangkauan normalnya.

Temperatur

Pada musim semi, burung-burung derah utara lebih memilih suhu yang hangat dan angin selatan yang dicirikan oleh adanya sistem tekanan tinggi di belahan selatan; di musim gugur, mereka lebih menyukai suhu rendah dan angin utara yang terjadi mengikuti jalur dingin di depan.

Hujan, Perubahan cuaca, dll

No comments: